
KA Bisnis Di Pulau Jawa Resmi Dihapus Oleh PT Kereta Api Indonesia (KAI) Sebagai Bagian Dari Langkah Modernisasi Sarana Transportasi. Keputusan ini berlaku untuk seluruh layanan kereta api jarak jauh (KAJJ) yang sebelumnya masih menggunakan kelas bisnis sebagai pilihan layanan penumpang. Langkah terakhir dilakukan pada relasi Surabaya Pasarturi–Pasar Senen PP yang mulai berlaku sejak Selasa, 15 Juli 2025.
Perubahan ini dilakukan seiring penggantian rangkaian kereta dengan armada baru, yakni Stainless Steel New Generation. Teknologi dan desain modern pada rangkaian ini menjadi simbol peningkatan kualitas layanan KAI kepada pelanggan. Fasilitas-fasilitas canggih dan kenyamanan lebih tinggi menjadi salah satu alasan kelas bisnis tak lagi relevan. Kursi ergonomis dengan ruang kaki lega, layar informasi perjalanan real-time, pintu otomatis peredam suara, hingga sambungan antarkereta yang lebih stabil menjadi ciri khas rangkaian baru ini. Modernisasi ini menargetkan pelayanan yang setara dengan standar internasional dan mendorong minat masyarakat terhadap moda transportasi kereta api jarak jauh.
Menurut Vice President Public Relations KAI, Anne Purba, modernisasi ini merupakan strategi KAI dalam meningkatkan mutu dan keandalan transportasi massal berbasis rel. Kelas layanan yang kini tersedia mencakup Eksekutif, Ekonomi Komersial, dan Ekonomi PSO. Penghapusan KA Bisnis pun dilakukan secara bertahap, dimulai dari layanan di Pulau Jawa. Langkah ini juga bertujuan menyederhanakan sistem kelas penumpang agar operasional lebih efisien. Dengan berakhirnya era KA Bisnis di pulau terpadat di Indonesia ini, KAI memfokuskan diri pada pengembangan sarana dan layanan yang lebih sesuai dengan kebutuhan dan ekspektasi penumpang masa kini. Langkah ini juga mencerminkan dorongan kuat untuk meningkatkan kualitas transportasi publik nasional secara berkelanjutan.
PT KAI terus menunjukkan komitmennya dalam membenahi layanan kereta api nasional melalui investasi strategis di sektor sarana. Untuk mendorong transformasi ini, KAI mengalokasikan anggaran sebesar Rp14,87 triliun guna mempercepat pembaruan armada, termasuk pengadaan rangkaian Stainless Steel New Generation yang diproduksi oleh PT INKA (Persero). Langkah ini menjadi bagian dari kebijakan keberlanjutan perusahaan untuk menyediakan transportasi berbasis rel yang lebih modern, efisien, dan nyaman bagi masyarakat. Sebanyak 612 unit kereta ditargetkan selesai dan beroperasi antara 2023 hingga 2026. Hingga pertengahan Juli 2025, sebanyak 336 unit telah dikirim dan digunakan pada rute-rute strategis di Pulau Jawa.
Selain pengadaan baru, PT KAI juga memperkuat strategi modernisasi dengan menjalankan program revitalisasi kereta lama secara bertahap. Sebanyak 93 unit kereta dimodifikasi menjadi rangkaian generasi baru sebagai upaya memaksimalkan aset yang telah ada. Proses pembaruan ini dipusatkan di Balai Yasa Manggarai, yang kini memiliki peran strategis sebagai pusat perawatan sekaligus peningkatan kualitas sarana perkeretaapian nasional. Dalam pengerjaannya, Balai Yasa tidak hanya melakukan peremajaan teknis, tetapi juga mengintegrasikan fitur-fitur modern yang sejalan dengan kebutuhan penumpang saat ini.
Langkah “Modernisasi Kereta Dan Pengadaan Rangkaian Baru” tak sekadar menjadi pembaruan fisik, tetapi juga sebuah transformasi menyeluruh terhadap pengalaman perjalanan. Teknologi terbaru seperti bodi stainless steel yang tahan karat menjadikan kereta lebih awet dan aman dalam jangka panjang. Kursi dengan desain ergonomis memberikan kenyamanan ekstra, terutama pada perjalanan jarak jauh. Selain itu, sistem Passenger Information Display System (PIDS) memberikan informasi real-time yang penting bagi penumpang, mulai dari posisi kereta, estimasi waktu tiba, hingga informasi operasional lainnya. Semua langkah ini menjadi bagian dari visi besar KAI dalam menghadapi proyeksi bisnis jangka panjang sebagaimana tertuang dalam Rencana Jangka Panjang Perusahaan (RJPP) 2025–2029.
Transformasi Pelayanan Dan Akhir dari Era KA Bisnis kini menjadi kenyataan dalam dunia perkeretaapian nasional, terutama di Pulau Jawa. Penghapusan kelas bisnis merupakan tonggak perubahan besar dalam strategi layanan PT Kereta Api Indonesia (KAI). Melalui pembaruan ini, KAI tidak hanya menyederhanakan kelas perjalanan, tetapi juga menetapkan standar baru dalam kenyamanan dan efisiensi. Penumpang kini tidak lagi perlu mempertimbangkan kelas menengah karena seluruh layanan telah ditingkatkan kualitasnya. Modernisasi ini mencerminkan keseriusan KAI dalam menjawab kebutuhan konsumen masa kini yang menginginkan kenyamanan maksimal dengan harga yang sepadan.
Kelas Eksekutif kini dilengkapi dengan teknologi terbaru, seperti kursi ergonomis dengan ruang kaki lega, sistem informasi digital real-time, serta fasilitas USB dan stop kontak pribadi. Tak kalah menarik, kelas Ekonomi Komersial dan Ekonomi PSO juga mengalami peningkatan signifikan. Tempat duduk yang bisa direbahkan, sistem pendingin udara yang lebih baik, serta desain interior yang modern membuat perjalanan menjadi lebih nyaman dari sebelumnya. Semua kelas kini dirancang untuk memberikan pengalaman berkendara yang setara, tanpa kesenjangan mencolok antar kelas seperti dulu. Perubahan ini juga sejalan dengan hadirnya rangkaian kereta Stainless Steel New Generation yang lebih andal dan estetis.
Dalam konteks kebijakan ini, posisi KA Bisnis memang tak lagi relevan untuk dipertahankan. Fungsinya sebagai pilihan antara kelas ekonomi dan eksekutif telah tergantikan oleh layanan ekonomi baru yang jauh lebih nyaman dan efisien. Banyak penumpang menyatakan bahwa kenyamanan kelas ekonomi saat ini bahkan melampaui standar kelas bisnis lama. Oleh karena itu, langkah KAI untuk menghapus layanan tersebut secara menyeluruh tidak hanya logis, tetapi juga mencerminkan arah modernisasi yang proaktif dan berbasis kebutuhan pengguna.
Langkah strategis KAI tentu membawa dampak besar bagi penumpang setia kelas bisnis yang selama ini menikmati posisi tengah antara kelas ekonomi dan eksekutif. Dampak Bagi Penumpang Dan Masa Depan Perkeretaapian menjadi perhatian utama dalam proses transisi ini. Meski sempat menimbulkan keraguan, mayoritas pengguna justru menyambut positif perubahan ini setelah merasakan langsung peningkatan kualitas layanan. Mulai dari kenyamanan kursi, pendingin udara yang lebih efisien, hingga fasilitas digital yang kini tersedia merata di seluruh kelas. KAI menilai bahwa modernisasi ini bukan hanya pembaruan fisik, tetapi juga bagian dari transformasi menyeluruh dalam budaya transportasi nasional yang menuntut efisiensi dan kenyamanan.
Peningkatan standar kenyamanan ini secara tidak langsung mendorong perubahan perilaku masyarakat dalam memilih moda transportasi. Kereta api kini tampil sebagai pilihan utama yang mampu bersaing dengan transportasi darat lainnya, bahkan dengan kendaraan pribadi. Ketersediaan rute yang luas, efisiensi waktu tempuh, dan kemudahan akses digital menjadi keunggulan yang tak bisa diabaikan. Hal ini sejalan dengan visi KAI untuk menjadikan transportasi rel sebagai tulang punggung mobilitas masyarakat Indonesia di masa depan. Modernisasi juga membuka peluang besar bagi integrasi antarmoda yang lebih efisien dan ramah lingkungan.
Dari sisi teknis, teknologi terbaru kini hadir dalam sistem perkeretaapian. Bogie tipe K10 mendukung kecepatan hingga 120 km/jam. Sambungan antarkereta dilengkapi peredam getaran untuk menjaga stabilitas selama perjalanan. Penumpang merasakan perjalanan lebih tenang dan minim gangguan. Kenyamanan juga meningkat melalui pintu elektrik dengan peredam suara bising. Informasi perjalanan ditampilkan secara real-time di dalam kabin. Fitur ini membantu penumpang mengikuti jadwal dan lokasi kereta dengan mudah. Seluruh transformasi ini menunjukkan kemajuan nyata dalam pelayanan kereta api. Perubahan ini sekaligus menandai berakhirnya satu babak penting dalam sejarah KA Bisnis.