

Renault Twizy Menjadi Sorotan Publik Setelah Dipamerkan Sebagai Kendaraan Patroli Baru Polisi Yogyakarta Kemarin. Pilihan Polisi Yogyakarta untuk menggunakan mobil listrik mungil ini sebagai kendaraan patroli langsung memicu beragam reaksi di media sosial, khususnya Twitter (X). Foto dan video yang diunggah pada 21 September 2025 memperlihatkan kendaraan futuristik ini dipamerkan oleh aparat, dan hal ini memicu perdebatan sengit di antara warganet. Mayoritas mempertanyakan kelayakan serta keputusan pembeliannya yang dianggap tidak rasional, terutama jika melihat harganya yang selangit.
Fenomena ini menunjukkan bagaimana sebuah kebijakan publik, terutama yang berkaitan dengan anggaran, bisa dengan cepat menjadi topik hangat. Di satu sisi, langkah ini mungkin bertujuan untuk menunjukkan komitmen terhadap penggunaan kendaraan ramah lingkungan. Di sisi lain, kritikan tajam dari warganet menyoroti aspek rasionalitas dan prioritas anggaran yang dinilai kurang tepat sasaran. Hal ini membuat kita bertanya-tanya, apakah mobil ini memang pilihan terbaik untuk kebutuhan patroli?
Kontroversi yang muncul tidak hanya sebatas harga, tetapi juga fungsionalitasnya. Ada yang meragukan apakah Renault Twizy mampu menjalankan tugas patroli dengan baik, mengingat ukurannya yang kecil dan spesifikasinya yang terbatas. Komentar sinis dari warganet yang membandingkannya dengan pembelian “robot-robotan” atau “anjing humanoid” menunjukkan besarnya keraguan publik terhadap keputusan ini. Mereka khawatir mobil ini hanya akan menjadi pajangan, tanpa manfaat nyata untuk masyarakat.
Kontroversi yang muncul tidak hanya sebatas harga, tetapi juga fungsionalitasnya. Ada yang meragukan apakah mobil listrik ini mampu menjalankan tugas patroli dengan baik, mengingat ukurannya yang kecil dan spesifikasinya yang terbatas. Komentar sinis dari warganet yang membandingkannya dengan pembelian “robot-robotan” atau “anjing humanoid” menunjukkan besarnya keraguan publik terhadap keputusan ini. Mereka khawatir mobil ini hanya akan menjadi pajangan, tanpa manfaat nyata untuk masyarakat.
Kendaraan yang menjadi sorotan ini memiliki beberapa keunikan dari sisi spesifikasi. Spesifikasi Dan Fitur Kunci Kendaraan patroli ini menjadi alasan mengapa publik begitu tertarik dan sekaligus skeptis. Mobil ini memiliki kapasitas baterai 6,1 kWh dan dapat menempuh jarak hingga 100 km dalam sekali pengisian daya penuh. Tenaga motor listriknya yang hanya 4 kW atau setara 5 hp, serta torsi maksimum 33 Nm, membuat kendaraan ini tidak dirancang untuk kecepatan tinggi. Kecepatan puncaknya hanya mencapai 45 km/jam, angka yang cukup rendah untuk sebuah kendaraan patroli.
Dari segi dimensi, kendaraan ini sangat ringkas. Panjangnya 2.338 mm, lebar 1.234 mm, dan tinggi 1.454 mm. Dengan bobot 446 kg dan desain microcar, kendaraan ini sangat lincah untuk menembus jalanan kota yang padat, terutama di area-area sempit seperti di kawasan wisata atau pusat perbelanjaan. Fitur pintu berdesain gunting yang bisa terbuka 90 derajat menambah kesan futuristik. Meski ukurannya mungil, kendaraan ini dapat menampung dua orang, dengan posisi pengemudi di depan dan satu penumpang di belakang. Kapasitas bagasi yang terbatas hanya 31 liter.
Waktu pengisian dayanya pun relatif singkat, sekitar 2,5 jam dengan charger 2,3 kW. Di pasar global, kendaraan ini tersedia dalam dua tipe, versi standar dan versi performa. Versi standar memiliki motor listrik 3CG dengan tenaga 13 kW (17 dk) dan torsi 57 Nm. Uniknya, kendaraan ini juga dilengkapi dengan Energy Recovery System (ERS) yang bekerja otomatis saat pengemudi melepas pedal gas.
Fitur ini membantu menghemat energi dan memperpanjang daya baterai. Meskipun unggul dalam efisiensi energi dan kemudahan bermanuver di perkotaan, spesifikasi ini juga menimbulkan pertanyaan tentang kemampuannya dalam situasi darurat atau pengejaran, mengingat kecepatan puncaknya yang sangat terbatas.
Harga Dan Kontroversi Renault Twizy menjadi topik hangat di media sosial. Di Indonesia, harga resmi untuk varian standar mencapai Rp408 juta, sedangkan versi performa dijual hingga Rp595 juta. Angka ini dianggap terlalu mahal untuk kendaraan yang memiliki spesifikasi dan fungsionalitas terbatas, terutama jika dibandingkan dengan mobil patroli konvensional. Warganet menilai anggaran yang besar ini seharusnya bisa dialokasikan untuk kebutuhan yang lebih mendesak dan bermanfaat bagi masyarakat.
Kritik tajam dari publik menunjukkan adanya skeptisisme terhadap keputusan ini. Ada kekhawatiran bahwa pembelian ini hanyalah “pemborosan anggaran” tidak sesuai kebutuhan di lapangan. Warganet bahkan menyamakan mobil ini dengan “robot-robotan” dan “anjing humanoid” yang sebelumnya menuai kontroversi serupa. Mereka mempertanyakan efektivitasnya untuk fungsi patroli, yang dinilai tidak sesuai dengan kebutuhan penanganan kasus.
Namun, di sisi lain, mobil ini memiliki beberapa keunggulan yang bisa menjadi pertimbangan. Bentuknya yang ramping dan kecil, kendaraan ini bisa bermanuver dengan lincah di jalanan sempit. Sebagai kendaraan listrik, mobil ini ramah lingkungan karena tidak menghasilkan emisi gas buang, sejalan dengan kampanye global. Kendaraan ini juga legal di jalan raya, dilengkapi STNK, sehingga dapat beroperasi.
Meskipun demikian, pro dan kontra tetap tak terhindarkan. Kritik ini juga mencerminkan harapan agar setiap kebijakan publik, termasuk pengadaan aset, didasarkan pada analisis kebutuhan yang mendalam. Publik ingin melihat transparansi dan akuntabilitas, memastikan bahwa setiap pengeluaran pemerintah benar-benar memberikan nilai maksimal bagi kepentingan masyarakat luas.
Pandangan negatif ini menunjukkan adanya ketidakpercayaan publik terhadap efektivitas kendaraan tersebut. Masyarakat khawatir dana yang besar digunakan untuk sesuatu yang tidak mendukung operasional utama kepolisian. Mereka lebih berharap anggaran digunakan untuk hal-hal yang dapat meningkatkan pelayanan publik secara langsung dan signifikan.
Keputusan Polisi Yogyakarta memilih kendaraan ini memicu pertanyaan besar tentang Efektivitas Dan Kesesuaian Untuk Patroli di wilayah perkotaan. Di satu sisi, kendaraan ini bisa menjadi solusi patroli di kawasan padat dan wisata yang sering macet. Bentuknya yang ringkas dan lincah memungkinkan aparat untuk dengan mudah menembus jalan-jalan kecil, yang sulit diakses oleh mobil patroli konvensional yang lebih besar.
Dari segi citra, penggunaan kendaraan listrik ini juga menunjukkan komitmen kepolisian terhadap inovasi dan lingkungan. Ini dapat membangun persepsi positif di mata publik, seolah-olah mereka mendukung teknologi masa depan dan upaya mengurangi polusi. Pengisian daya yang cepat dan biaya operasional yang lebih rendah dibandingkan mobil bensin juga menjadi nilai tambah yang potensial, meskipun biaya awal pembeliannya sangat tinggi.
Namun, efektivitas operasional sehari-hari tetap menjadi tanda tanya besar. Kekuatan motor yang terbatas dengan kecepatan puncak hanya 45 km/jam, sangat tidak memadai untuk kebutuhan patroli yang membutuhkan respons cepat. Dalam situasi darurat, pengejaran, atau penjangkauan area yang lebih luas, kendaraan ini jelas akan menemui kendala. Keterbatasan daya jelajahnya juga mengharuskan kendaraan ini rutin diisi daya, yang bisa mengganggu jadwal patroli.
Oleh karena itu, masyarakat menilai harga selangit yang dikeluarkan tidak sebanding dengan fungsionalitasnya untuk tugas kepolisian yang sebenarnya. Pada akhirnya, perdebatan seputar armada baru Polisi Yogyakarta akan terus menjadi bahan perbincangan. Ini menjadi contoh nyata perpaduan antara inovasi dan keraguan publik terhadap fungsionalitas sebuah Renault Twizy.